Untuk mendownload silahkan cari tombol download, jika tombol/link tidak tersedia silakan berikan komentar. Terimakasih atas kunjungannya.

Menyajikan Data Ukuran Menjadi Data Statistik Deskriptif

Kembali lagi bersama saya di blog tetamatika, tetamatika memberikan berbagai administrasi guru, materi ajar, media pembelajaran yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Akan tetapi kali ini saya akan membahas tentang Menyajikan data ukuran menjadi data statistik deskriptif yang saya dapatkan saat mengikuti guru pembelajar.



1 Statistik Lima Serangkai

Suatu data kuantitatif yang mencantumkan nilai-nilai x1, x2, x3,....xn, memiliki beberapa nilai tertentu yang dapat menentukan kecenderungan pemusatan data, yaitu :
1)   statistik ekstrim

  • a)    statistik minimum, yaitu data yang nilainya terkecil dari seluruh nilai yang tertera.
  • b)   statistik maksimum, yaitu data yang nilainya terbesar dari seluruh nilai yang tertera.
2)   kuartil-kuartil
Kuartil-kuartil, yaitu data yang letaknya pada batas-batas seketan-seketan sebesar 25% dari seluruh data yang diamati.
      Terdapat tiga buah kuartil, yaitu: 

  • a) median atau kuartil kedua (Q2) adalah suatu nilai yang lebih dari 50% nilai pengamatan terkecil dan kurang dari 50% nilai pengamatan terbesar, setelah data nilai itu diurutkan dari nilai terkecil ke nilai terbesar.
  • b) kuartil pertama (Q1) adalah median dari semua nilai pengamatan yang kurang dari Q2.
  • c) kuartil ketiga (Q3) adalah median dari semua nilai pengamatan yang lebih dari Q2.
Kelima nilai data tersebut dinamakan statistik lima serangkai.
Bila kita gambarkan kedudukannya (setelah nilai diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar), sebagai berikut:
Urutan menurut besarnya nilai masing-masing adalah statistik minimum Q1 (kuartil pertama), Q2 (kuartil kedua), Q3 (kuartil ketiga), dan statistik maksimum.
Sebaiknya diberikan dulu rumus kuartil seperti 

2 Jangkauan Data, Jangkauan Antarkuartil, Langkah, Pagar Dalam dan Pagar Luar

Perhatikan kembali contoh 1.1 (setelah data diurutkan)
 
Jangkauan (J) adalah selisih antara nilai maksimum dan nilai minimum, pada data di atas jangkauan = 10-2 = 8
Jangkauan antarkuartil (JK) adalah selisih antara nilai kuartil atas (Q3) dengan kuartil bawah (Q1).
Pada data diatas, jangkauan antarkuartil = Q3 - Q= 8 - 4 = 4
Jangkauan Semi interkuartil atau disebut juga simpangan kuartil (Qd) adalah setengah dari Jangkauan Antarkuartil Pada data di atas, simpangan kuartil 
Nilai statistik jangkauan (J) dan jangkauan antarkuartil (JK) dapat dipakain untuk menemukan gambaran tentang penyebaran data dengan cepat.
Didefinisikan bahwa, Satu langkah (L) sebagai satu-setengah kali panjang jangkauan antarkuartil (JK), ditulis secara matematis 
Untuk data di atas 
Nilai yang letaknya satu langkah di bawah nilai Q1 (kuartil bawah) dinamakan Pagar Dalam (PD), sedangkan nilai yang letaknya satu langkah di atas Q3 (kuartil atas) dinamakan pagar luar (PL).
Untuk data diatas: 
P.D = Q– L= 4 – 6= -2
P.L= Q3+L= 8+6 = 14
Semua data yang nilainya kurang dari pagar dalam atau lebih dari pagar luar disebut pencilan. Adanya suatu pencilan merupakan petunjuk bahwa data itu perlu diamati lebih lanjut, artinya ada kemungkinan terjadi salah catat atau salah ukur, atau ada kemungkinan pula data itu berasal dari kasus yang menyimpang sehingga perlu diselidiki lebih lanjut dan sebaliknya semua data yang terletak dalam selang yang batas-batasnya pagar dalam dan pagar luar dapat dianggap sebagai data masih tergolong sama dengan median sebagai pemusatannya.

3 Ukuran Kecenderungan Memusat (Ukuran Pemusatan)

Nilai median (Q­2) adalah suatu ukuran yang menggambarkan pemusatan data yang telah diukur. Misalnya median 6,5 artinya 50% data bernilai kurang dari 6,5 dan 50% data bernilai lebih dari 6,5. Artinya nilai 6,5 terletak di tengah-tengah (pusat) semua nilai itu. Nilai-nilai pemusatan lain adalah modus, yaitu nilai yang paling banyak muncul, dan rata-rata. Ada rata-rata hitung, rata-rata ukur (rata-rata geometris), dan rata-rata harmonis.
Untuk ukuran-ukuran yang masing-masing mempunyai frekuensi (banyaknya), misalnya x1 ada f1 ukuran, x2 ada fukuran, x3 ada fukuran, dan seterusnya, maka 
Contoh 1.2
Rata-rata hitung dari 4, 4, 5, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 7, 8, 9, 9, 10 adalah: 

4 Rata-rata Hitung, Rata-rata Geometris dan Rata-rata Harmonis

1)   Rata-rata Hitung
Jika nila-nilai data kuantitatif kita nyatakan dengan x­1, x­2, x­3,...... x­n (terdapat n buah ukuran), maka rata-rata hitungnya (x¯¯¯) adalah jumlah semua ukuran dibagi dengan banyaknya ukuran atau di rumuskan dengan: 
Contoh 1.13
Dari data 3, 4, 5, 6, 7, 8 (n=6). Rata-rata hitung 
Jika xterdapat sebanyak fukuran. 
Contoh 1.14
x1
f1
x1. f1
3
4
5
6
7
8
2
3
6
8
6
5
6
12
30
48
42
40

30
178
2)   Rata-rata Geometris (Rata-rata Ukur)
Jika perbandingan tiap dua data berurutan tetap atau hampir tetap, maka rata-rata geometris lebih baik dipakai daripada rata-rata hitung.
 Untuk data: x­1, x­2, x­3,...... x­n , 
rata-rata geometris:  
Contoh 1.15
1= 2        x­2= 4       x­3= 8
xg =  
2x4x83
 = 4
Untuk bilangan-bilangan bernilai besar, lebih baik digunakan logaritma, yaitu: 
xg = = (x1.x2. ... .xn)1/n 
‹═›  log xg = [Σ(xi)]/n
Untuk data yang telah disusun daftar distribusi frekuensi, dapat dipakai rumus: 

 x= titik tengah kelas
 fi = frekuensi tiap kelas

Contoh 1.16 
Tabel 2.1.7

Data nilai 40 orang siswa

Nilai
fi
xi
log xi
fi log xi
fi xi
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5
1,5502
1,6580
1,7443
1,8162
1,8779
1,9320
1,9800
7,7510
4,9740
8,7215
10,8972
16,9011
15,4560
7,9200
177,5
136,5
227,5
393,0
697,5
684,0
382,0

40


72,6208
2730
log xg = 72,6208/40 = 1,8052 
xg = 63,8 
Nilai ujian tersebut mempunyai rata-rata geometris 63,8 sedangkan rata-rata hitungnya:
        =x¯¯¯ = 2730/40 = 68,25 

3)        Rata-rata Harmonis
Rata-rata harmonis untuk (xh) data x­1, x­2, x­3,...... x­ditentukan oleh
        xh = n/[Σ(1/xi)]   
Contoh 1.17
Rata-rata harmonis untuk kumpulan data 2, 3, 5, 6, 6, 8, 9 (n=7) adalah: 
xh = 7/[1/2 + 1/3 + 1/5 + 1/6 + 1/6 + 1/8 + 1/9] = 7/1,603 = 4,368 
Contoh 1.18
Si A berpergian pulang pergi. Waktu pergi ia naik kendaraan dengan kecepatan 50 km/jam, sedangkan waktu kembalinya 30 km/jam. Berapakah rata-rata kecepatan pulang pergi?

Penyelesaian
x1 = 50 , x2 = 30, n = 2 
Rata-rata harmonis xh = 2/[1/50 + 1/30] = 37,5 
Jadi, rata-rata kecepatan si A pulang pergi = 37,5 km/jam
Keterangan: jika jawabannya 1/2[50+30] = 40 km/jam adalah salah
Ambil misalnya jarak pergi/pulang = 150 km, maka waktu pergi 150/50 jam = 3 jam,
dan waktu pulang = 150/30 jam = 5 jam. 
Kecepatan rata-rata = (2x150)/[33+5] = 300/8 km/jam = 37,5 km/jam. 
Hal ini tiada lain adalah rata-rata harmonis. 
Untuk data dalam distribusi frekuensi, maka rata-rata harmonis
x1 = titik tengah tiap kelas
fi = frekuensi tiap kelas
Contoh 1.19
Perhatikan Tabel berikut:
Nilai
fi
xi
fi/xi
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5
0,1408
0,0659
0,0901
0,0916
0,1192
0.0936
0,0419

40

0,6431
xh = 40/(0,6431) = 62,19
Dari hasil sebelumnya, untuk data tersebut: 
xg = 63,8 
x¯¯¯ = 68,25 
xh = 62,19 
ternyata xh g < x|
Secara umum Secara umum berlaku:   xh ≤ xg  x|

5 Menentukan Rata-rata Hitung dengan Menggunakan Rata-rata Sementara


Untuk data tunggal kita ambil contoh 4, 4, 5, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9, 10 (n=12)

Tentukan rata-ratanya dengan menggunakan rata-rata sementara (xs=6) dan xi-xs = d    (d = simpangan)
Nilai
(xs=6), Simpangan (di)
4
4
5
5
5
6
6
7
7
8
9
10
-2
-2
-1
-1
-1
0
0
+1
+1
+2
+3
+4

+4


Rata-rata = rata-rata sementara + rata-rata simpangan
x¯¯¯ =  x+ [Σdi]/n =  6 + 4/12 
=  6+0,333 = 6,333
Jika kita hitung secara langsung: 
x¯¯¯ = [2.4 + 3.5 + 2.6 + 2.7 + 8 + 9 + 10] = 76/12 = 6,333

Untuk data yang tersusun dalam daftar seperti pada contoh yang lalu, sebagai berikut: 
Nilai
fi
xi
x=75,5
fxi
di
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5
-40
-30
-20
-10
0
10
20
-200
-90
-100
-60
0
80
80
Jumlah
40
-
-


Kita ambil untuk rata-rata sementara (xs) = titik tengah kelas modus yaitu 75,5. (nilai tengah lain-lainnya juga boleh dipakai tetapi lebih baik jika memakai titik tengah kelas modus) 
x¯¯¯ = xs + [Σ(fi.di)]/Σf = 75,5 + [-290/40] = 75,5 - 7,25 
   = 68,25

6 Modus, Median, Kuartil, Desil, dan Persentil


1)      Modus

Untuk menyatakan kejadian yang paling banyak terjadi atau paling banyak terdapat digunakan istilah modus (disingkat mo). Ukuran ini juga dipakai untuk menentukan rata-rata data kualitatif, misalnya kita dengan kebanyakan kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit malaria, pada umumnya kecelakaan lalu lintas disebabkan kecerobohan pengemudi, maka tidak lain masing-masing itu merupakan modus penyebab kematian dan kecelakaan lalu lintas.

Untuk data kuantitatif berikut 3, 4, 4, 5, 6, 6, 6, 7, 8, 9
Modusnya adalah 6, karena frekuensi nilai 6 yang paling banyak di antara yang lain (f(6)=3, f(4)=2, f(3)= f(5)= f(7)= f(8)= f(9)=1)
Kelompok data tersebut dinamakan data yang uni modal, yaitu yang bermodus tunggal. Jika ada dua data berfrekuensi tinggi disebut bi modalmisalnya 3, 4, 4, 4, 5, 6, 6, 6, 7, 8, 9 modusnya ada dua, yaitu 4 dan 6.
Jika modusnya lebih dari dua disebut multi modal (bermodus banyak), jika frekuensi dari setiap datanya sama dikatakan tidak mempunyai modus. Misalnya 3, 3, 4, 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8 (setiap frekuensinya sama, yaitu 2)
 Untuk data kuantitatif yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya ditentukan dengan rumus    M= tb+ [L1/(L2+L2)].p
Mo       = modus
tb         = tepi bawah kelas modus
P         = panjang kelas
L1          = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sebelumnya
L2          = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sesudahnya

Contoh 1.20
Perhatikan kembali daftar nilai berikut :

Nilai
fi
xi
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5

40


Kelas modus adalah kelas ke-5 yaitu 71-80 (karena frekuensinya terbanyak yaitu 9)
p = 40,5 – 30,5 = 10
tb= 70,5,  fmo = 9
f= 6,  fb  = 8
maka    L= fmo – f= 9 – 6 = 3
            L= fmo – f= 9 – 8 = 1
            L+ L= 3+1 = 4
mo = tb+ + [L1/(L2+L2)].p = 78,0 

2)   Median dan Kuartil-kuartil
Cara menentukan median dan kuartil-kuartil pada pasal A.3 sangat sesuai untuk kumpulan data berukuran kecil. Jika kumpulan datanya berukuran besar maka nilai ketiga kuartil dapat ditentukan dengan memakai rumus: 
Q1= x 1/4(n+1) 
Q2= x 1/2(n+1) 
Q3= x 3/4(n+1) 
Contoh 1.21
Jika data sebagai berikut 20, 21, 22, 24, 26, 27, 30, 31, 31, 33, 35, 35, 35, 36, 37, 37, 38, 39, 40, 41, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50 (n=30)
Maka Q1 = x1/4(30+1) = x7,75 = x7 + 0,75(x8 - x7) = 27 + 0,75(30-27) 
= 27 + 2,3 = 29,3 
Q2 = x1/2(30+1) = x15,5 = x15 + 0,5(x16 - x15) = 36 + 0,5(37-36) 
= 36 + 0,5 = 36,5 
Q3 = x3/4(30+1) = x23,25 = x23 + 0,25(x24 - x23) = 42 + 0,25(43-42) 
= 42,25
Kuartil dari data tersusun dalam daftar distribusi frekuensi, ditentukan oleh
Q1=(tb)Q1 + [((1/4).n - F1)/fQ1].p
Q2= (tb)Q2 + [((1/2).n - F2)/fQ2].p 
Q3= (tb)Q3 + [((3/4).n - F3)/fQ3].p

(tb)Q1= tepi bawah kelas Q
n    = jumlah seluruh ukuran
F1  = frekuensi kumulatif (jumlah frekuensi)  sebelum kelas Q1
fQ1= frekuensi kelas Q1
p    = panjang kelas
F2  = frekuensi kumulatif sebelum kelas Q2
F3   = frekuensi kumulatif sebelum kelas Q3

Contoh 1.22
Lihat kembali daftar sebelumnya



Kelas Q1

Kelas Q2
Kelas Q3
Nilai
fi
Frek. Kumulatif
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
5
8
13
19
28
36
40

40


Kelas Q1 adalah kelas ke-3 : 51-60 (frek. Kumulatif kelas sebelumnya= 8, untuk Q1 diperlukan frekuensi  1/4 x 40 = 10 ; (tb)Q1= 50,5
Kelas Qadalah kelas sebelumnya= 19, untuk Q2 diperlukan frekuensi  1/2 x 40 = 20) ; (tb)Q1= 70,5
Kelas Qadalah kelas ke-6 : 81 – 90 (frek. Kumulatif kelas sebelumnya= 28, untuk Qdiperlukan frekuensi 3/4 x 40= 30) ; (tb)Q1= 80,5 ; p= 10
Menentukan kuartil-kuartil
Q= 50,5 + [(10-8)/5].10 = 54,5 
Q= 70,5 + [(20-19)/9].10 = 71,6 
Q= 80,5 + [(30-28)/8].10 = 83,0 
Dari hasil terdahulu terdapat: 
x¯¯¯ = 68,25,  mo = 78,0,  Q2 = 71,6 
x¯¯¯ - mo = 68,25 - 78,0 = -9,75 
x¯¯¯ - Q2 = 68,25 -71,6 = -3,35 
Maka: untuk fenomena dengan kurva halus positif atau negatif, hubungan berikut dapat diandalkan.
Rata-rata – Mo= 3 (Rata-rata – Me)
3)   Desil
Jika kumpulan data dibagi menjadi 10 bagian yang sama, maka didapat 9 pembagian dan tiap pembagian itu dinamakan desil.
                êž‹         êž‹         êž‹         êž‹         êž‹         êž‹         êž‹         êž‹         êž‹       
               D1       D2       D3       D4       D5       D6      D7       D8       D9

Terdapat 9 buah desil, yaitu desil pertama, desil kedua, desil ketiga, ..., desil kesembilan. 
Letak desil ditentukan oleh rumus: 
Letak (Di)= data ke i/10.(n+1) atau D= [xi.(n+1)]/10
i= 1, 2, 3, ... 9, dan n= banyaknya ukuran

Contoh 1.23
32, 34, 35, 36, 38, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 56 (n=13)
D1= data ke [1(13+1)]/10 = data ke 1,4 = x1 + 0,4(x2-x1) 
= 32 + 0,4(34-32) = 32,8 
D5 = data ke [5(13+1)]/10 = data ke 7 = x7. Jadi D7 = 39
Untuk data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi: 
Nilai Di = (tb)Di + [((i/10).n - Fi)/fi].p
Dengan i= 1, 2, 3 ... 9 
(tb)Di = tepi bawah kelas Di
Fi = frekuensi komulatif kelas Di
fi = frekuensi kelas Di
Contoh 1.24
Nilai
fi
Frek. Kumulatif
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
5
3
5
6
9
8
4
5
8
13
19
28
36
40

40


Lihat daftar pada C.3 (b) di samping
Jika diminta D3 (desil ke tiga), maka dari n= 40 diperlukan 30% x 40= 12 datum D3 terletak di kelas ke-2 : 41 – 50 
D3 = 40,5 + [(12-8)/5].10 = 40,5 + 8  
= 48,5 
4)      Persentil
Bila sekumpulan data dibagi atas 100 bagian yang sama, maka terdapat 99 pembatas yang disebut persentil (P1, P2, P3,... P99)
Letak P= data ke i.(n+1)/100, dengan i= 1, 2, 3, ....99
Sedangkan untuk data tersusun dalam daftar distribusi frekuensi dapat digunakan rumus berikut.
 Pi = (tb)Pi + [((i/100).n - Fi)/fi].p
(tb)Pi = tepi bawah kelas Pi
Fi = frekuensi komulatif kelas Pi
fi = frekuensi kelas Pi
P = panjang kelas  n= banyaknya ukuran

7 Ukuran Penyebaran


1)      Simpangan rata-rata

Simpangan rata-rata (SR) dari sekumpulan data kuantitatif x1, x2, x3,.... xn adalah

SR =Σ (i=1-n)[abs(xi-x¯¯¯)/n] 
x¯¯¯ = rata-rata hitung
n = banyaknya ukuran
Untuk data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi.
SR = Î£ (i=1-k)[abs(xi-x¯¯¯).Σfi/] 
xi= titik tengah kelas U
Contoh 1.25
Dari data bilangan 4, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9, 9, tentukan simpangan rata-ratanya
Penyelesaian
Rata-rata
x¯¯¯ = 6,6 
SR = 1,4
2) Simpangan baku (Deviasi Standar)
Dari sekumpulan data kuantitatif x1, x2, x3,.... xn, simpangan bakunya (s) adalah
s = sqrt[Σ (i=1-n)[(xi-x¯¯¯2)/n] 
Untuk data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi, maka
(I)   atau
(II)

atau
(III),

di = simpangan, di = (xi - x¯¯¯)/n 

Contoh 1.26
Dari data 6, 8, 7, 9, 10, hitunglah simpangan bakunya ! 
Penyelesaian
x¯¯¯ = 8. 
s = 
   = 2
Contoh 1.27
Nilai
Frekuensi
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 – 79
80 – 84
4
8
14
35
27
9
3

100

Tentukanlah simpangan baku dari data tersusun di atas ! 
Penyelesaian
Kita gunakan ketiga rumus diatas untuk membandingkan rumus mana yang paling praktis untuk dipakai. 
Rata-rata hitung x¯¯¯ = 67,6 ; 
1. s = 6,5 
2. s = 6,5 
3. s = 6,5 
Ternyata hasil perhitungan dengan memakai ketiga rumus itu adalah sama, tetapi kita dapat melihat bahwa dengan menggunakan rumus 3 pertimbangannya jauh lebih sederhana dan cepat. 
3)        Ragam (Variasi)
Dari suatu populasi x1, x2, x3,.... xN (N cukup besar), yang dimaksud ragamnya ialah


Hal ini berarti ragam sama dengan kuadrat dari simpangan baku. 
Jika kumpulan data sebanyak N buah itu, diambil sampul sebanyak n buah sehingga terdapat x1, x2, x3,.... xn, makakumpulan data ini disebut contoh (sampul) berkurang n.
Jika rata-rata hitung dari sampel ini (rs), maka ragamnya (s2) adalah: 
Perhatikan bahwa pembagi pada ragam sampel adalah (n-1) sedangkan pada ragam populasi adalah N.
Contoh 1.28
Misalkan 30 orang siswa di suatu kelas diukur berat badannya, hasilnya sebagai berikut
42   43  45  47   48   49   50   51   52   54   42   44   45   47   48
42  44  46   48   48   49   51   52   53   55   49   50   51   52   55
Rata-rata populasi tersebut adalah: 
x¯¯¯ =
= 48,4 
Ragam populasinya = 
= 7,68 
4)   Angka Baku dan Koefisien Keragaman
Dari sampel berukuran n dengan data x1, x2, x3,.... xrata-ratanya , simpangan baku (s), maka penyimpangan dari rata-rata dinyatakan dalam satuan baku adalah: 

i= 1, 2, 3, ...., n
Angka yang didapat dinamakan angka z
Variabel z1, z2, z3, .... zternyata mempunyai rata-rata = 0 dan simpangan baku = 1 (silahkan periksa)
Dalam penggunaannya, angka z ini sering diubah menjadi keadaan baru atau tepatnya distribusi baru, yang mempunyai rata-rata xo dan simpangan baku so yang ditentukan. Angka yang diperoleh dengan cara ini dinamakan angka baku atau angka standar dengan rumus: 
Jika x¯¯¯0 = 0 dan so= 1 maka zi = (xi - x¯¯¯)/s, maka angka z ini menjadi angka baku. 
Angka baku dipakai untuk membandingkan keadaan distribusi sesuatu hal.
Contoh 1.29
Seorang siswa mendapat nilai tes sub sumatif 75 pada mata pelajaran metematika unit geometri, dimana pada ulangan-ulangan harian rata-rata nilainya 68 dan simpangan baku 10. Untuk unit trigonometri ia mendapat nilai tes sub sumatif 85, dimana rata-rata ulangan hariannya 70 dan simpangan baku 18.
Dalam unit manakah ia mencapai kedudukan yang lebih baik?
Penyelesaian
Untuk geometri: z = (75-68)/10 = 0,7, dan trigonometri: z = (85-70)/18 = 0,83 
Angka baku nilai trigonometri lebih besar dari angka baku nila geometri, berarti kedudukan nilai trigonometri lebih baik dari pada nilai geometri.
Jika nilai-nilai di atas diubah ke dalam angka baku dengan rata-rata 100 dan simpangan baku 20, maka
Untuk geometri, z = 100 + 20[(75-68)/10] = 114,0 
Untuk trigonometri, z = 100 + 20[985-70)/18] = 116,6 
5)   Koefisien Variasi (koefisien keragaman)
KV = (simp. baku / rata-rata) x 100% 
KV= koefisien keragaman
Koefisien variasi dapat dipakai untuk membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan satuan yang berbeda, sebab tidak tergantung kepada satuan yang digunakan.
Contoh 1.30
Lampu merek A dapat dipakai selama 3500 jam dengan simpangan baku 1050 jam. Lampu lain merek B dapat dipakai rata-rata 10.000 jam dengan simpangan baku 2000 jam, maka: 
KV lampu A = (1050/3500)x100% = 30%, 
dan KV lampu B = (2000/10000)x100% = 20% 
Ternyata lampu B secara relatif mempunyai masa pakai yang lebih uniform.

6)   Moment, kemiringan dan kurtosis
  1. Moment
Rata-rata dan variasi sebenarnya merupakan hal istimewa dari kelompok ukuran lain yang disebut moment.
Dari moment ini pula beberapa ukuran lain dapat diturunkan. Dari ukuran-ukuran: x1, x2, x3,.... xn, dan A sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2, 3,......, maka moment ke-r sekitar A disingkat m'r, didefinisikan oleh hubungan: 

m'
untuk A= 0 didapat moment ke-r sekitar nol atau disingkat momen ke-r
Moment ke – r=
Untuk r = 1 maka moment ke-1 =  = nilai rata-rata
Jika A =  kita peroleh moment ke-rata-rata, bisa disingkat dengan mr
m=
untuk r = 2, maka m=  adalah variasi.
Untuk data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi
m'=  ;  Moment ke – r  ;    m=
  1. Kemiringan
Dari model kurva distribusi frekuensi, kita mengenal beberapa kurva
Gambar2.1.12a

(a) Kurva Positif

Kurva model positif, bila kurva itu mempunyai ekor yang memanjang ke sebelah kanan

Gambar2.1.12b

 (b) Kurva Negatif

Kurva model negatif, jika ekornya memanjang ke sebelah kiri
Gambar2.1.12c

(c) Kurva Simetris

Kurva model simetris, jika bentuk kiri kanan sama (simetris)
Untuk mengetahui derajat taksimetris sebuah model digunakan ukuran kemiringan yang ditentukan. 
Kemiringan = (rata-rata - modus)/simpangan baku
Yang dinamakan koefisien kemiringan pearson pertama.
Oleh karena pada umumnya terdapat hubungan antara rata-rata, median, dan modus sebagai berikut:
Rata-rata – modus = 3 (Rata-rata – median), maka
Kemiringan = 3(rata-rata - modus)/simpangan baku 
yang disebut Koefisien kemiringan  pearson macam kedua.
Kita katakan model positif jika kemiringan positif, model negatif jika kemiringan negatif dan simetris jika kemiringan = 0
Contoh 1.31
Hasil ujian 40 siswa pada contoh pasal C.(b) terdapat
x¯¯¯ = 68,25,   Me= 71,6,   Mo= 78,0 dan simpangan baku s = 8,45
Maka kemiringan  = (68,25-78,0)/8,45 = -1,15 
atau kemiringan = 3(68,25-71,6)/8,45 = -1,9 
karena kemiringan negatif, berarti kurvanya model negatif, seperti terlihat pada gambar 2.1.13. 

Gambar 2.1.13

Kurva Model Negatif
 






  • iii  Kurtosis
Dengan bertitik tolak dari kurva model normal atau distribusi normal, tinggi rendahnya atau runcing datarnya bentuk kurva dapat ditentukan. Kurva distribusi normal, yang tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar dinamakan mesokurtis.
Kurva yang miring dinamakan leptokurtis sedangkan yang datar disebut platikurtis.
Gambar 2.1.14

Kurtosis

  
  (a) leptokurtis(b) platikurtis (c) mesokurtis

Salah satu ukuran kurtosis ialah koefisien kurtosis yang diberi simbol aditentukan oleh hubungan: 
 a4 = m4/m22, dimana m4 dan m2 didapat dari rumus: 
m=  (momen ke-r sekitar rata-rata)
kriteria yang didapat adalah
a)      a4=3à → distribusi normal (mesokurtis). 
b)      a4>3à → distribusi leptokurtis. 
c)      a4<3 distribusi="" nbsp="" p="" platikurtis.="">



0 Komentar untuk "Menyajikan Data Ukuran Menjadi Data Statistik Deskriptif"

Back To Top